Berawal dari ketertarikan terhadap beberapa tokoh hermeneutika, Rekreasi dalam Kreasi akan memaparkan sedikit pengenalan tentang biografi dan pokok pemikiran Hans-Georg Gadamer.
Dalam ranah hermeneutika, dikenal beberapa
orang tokoh yang memiliki kapasitas mumpuni dan keahlian dengan spesifikasi
aliran hermeneutika mereka masing-masing. Salah satu di antara mereka adalah
Hans-Georg Gadamer, seorang tokoh hermeneutika beraliran hermeneutika
filosofis.
1.
Biografi
Hans-Georg Gadamer
Dia
dilahirkan di kota Breslau
pada tanggal 11 Februari 1900. Ayahnya seorang guru besar kimia dan dianggap
sebagai seorang ahli yang terpandang di bidangnya. Gadamer belajar filsafat di
Universitas Breslau di kota asalnya, pada Nikolai Hartmann dan Martin Heidegger
serta Paul Natorp. Juga belajar filsafat dari Rudolf Bultmann, seorang theolog
Protestan yang terkenal dan pemikir berpengaruh dalam bidang hermeneutika.
Pada
tahun 1922, dia telah meraih gelar doktor filsafat, dengan disertasi tentang
Plato, di bawah bimbingan Paul Natorp. Meski sudah meraih gelar doktor, dia
tetap mengikuti kuliah Heidegger di Freiburg, karena sangat mengagumi pemikiran
Heidegger, sampai Heidegger diangkat guru besar di Marburg.
Dalam
periode nasional-sosialisme, Gadamer tidak mau melibatkan diri dalam politik.
Dan karena banyak guru besar yang diberhentikan oleh rezim nasional-sosialisme
di universitas-universitas Jerman, maka pada tahun 1933, dia disuruh mengajar
di Universiatas Kiel untuk menggantikan dosen yang dipecat. Pada tahun 1937,
dia sudah diangkat sebagai Guru Besar di Marburg. Sedangkan pada tahun 1939,
dia dipindah ke Universitas Leipzig, Jerman Timur, sebagai Guru Besar penuh dan
pada tahun 1947 pindah ke Frankfurt am Main. Dan mulai tahun 1949, ia mengajar
di Heidelberg sampai dia pensiun pada tahun 1968. Sesudah pensiun, dia sering
memenuhi undangan untuk mengajar di Amerika Serikat dan memberi ceramah di
Jerman atau tempat lain. Pada usia yang lanjut, dia masih sering ikut dalam
diskusi filosofis, hingga dia termasuk ahli filsafat yang populer di Jerman.
Sebelum pensiun, dia menerbitkan buku berjudul Truth and Method (edisi
Inggris), yang membuatnya mencapai puncak karir. Gagasan Gadamer sangat
berpengaruh dalam ilmu-ilmu humaniora.
Dengan buku Truth and Method sebagai
magnum opus-nya, membuat Gadamer sebagai ahli filsafat terkenal di
bidang hermeneutika filsafat. Penerbitan buku tersebut bisa dinilai sebagai
kejadian penting, setidaknya dalam bidang hermeneutika, dalam sejarah filsafat
Jerman abad 20. Pada edisi terbitan 1965, ada tambahan dalam pendahuluan, di
mana Gadamer menjelaskan maksudnya, sekaligus menjawab keberatan-keberatan yang
dilontarkan oleh pemikir-pemikir mitranya.
Meski begitu, bukanlah hal yang
mudah untuk memahami karya-karya Gadamer. Kesulitan dalam memahaminya, terletak
pada:
a.
Menurut faktanya, filsafat hermeneutika Gadamer
didasarkan pada pemikiran hermeneutika. Alasan Gadamer, sangat mengandalkan
analisis kritisnya tentang bahasa, kesadaran historis serta pengalaman tentang
estetika. Apakah analisisnya itu menghapus dasar-dasar hermeneutika atau
gagasan Gadamer lebih abstrak, tidak historis dan lebih orisinal? Analisis pada
Truth and Method, menunjukkan usaha untuk menghindari pembahasan yang
lebih, terhadap sejarah sebagai titik tolak atau dasar pemikiran tentang
kebenaran.
b.
Gagasan dalam Truth and Method tanpa garis batas
dan ketertutupan tanpa penjabaran. Gagasan tersebut menerangkan pembedaan tanpa
disertai pemilahan perbedaan.
2. Pokok Pemikiran
Dalam
hal peristiwa, waktu, teks, ataupun pembaca teks, Hans Gadamer berbeda dengan
Schleiermacher dan Dilthey. Gadamer berpendapat, memang ada kesenjangan waktu
antara pembaca dengan pengarang, namun tidak harus diatasi seolah-olah sebagai
sesuatu yang negatif, melainkan malah harus dipikirkan sebagai perjumpaan
horison-horison pemahaman. Pembaca bisa memperkaya horison pemahamannya dengan
membandingkan terhadap horison pengarang. Dari sini bisa dimengerti, bahwa bagi
Gadamer, hermeneutika tidak hanya bersifat reproduktif saja, tapi juga
produktif. Menurut dia, makna bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini. Jadi
dalam hal ini, kerja hermeneutika itu proses kreatif.
Hermeneutika
Gadamer dalam penilaian Kaelan, tidak hanya merupakan hermeneutika filosofis
saja, namun juga sebagai suatu filsafat hermeneutika. Artinya, pemikiran
Gadamer itu tidak hanya memusatkan salah satu tugas filsafat saja (teori
hermeneutika), melainkan juga mencakup banyak tugas lainnya yang mungkin ada.
Pemikiran ini memandang semua tema yang ada bagi filsafat, dari segi tertentu
yaitu hermeneutika.
Gadamer
menekankan, bahwa mengerti mempunyai struktur lingkaran. Maksudnya, agar
seseorang dapat mengerti, maka sudah harus ada pengertian dan untuk mencapai
pengertian, haruslah bertolak dari pengertian. Mudahnya, untuk mengerti suatu
teks, sebelum itu telah ada pengertian tertentu tentang apa yang dibicarakan
dalam teks itu. Tanpa hal tersebut, tidak mungkin seseorang memperoleh
pengertian tentang teks tersebut. Jadi dengan membaca teks tersebut,
prapengertian terwujud dalam pengertian yang sungguh-sungguh. Proses itulah
yang disebut sebagai lingkaran hermeneutika oleh Heidegger dan Gadamer. Meski
begitu, lingkaran sudah terdapat pada taraf yang paling fundamental, yang
menandai keberadaan seseorang. Atau, mengerti tentang dunia bisa menjadi
mungkin, jika telah ada prapengertian tentang dunia dan diri kita sendiri, yang
memungkinkan keberadaan kita.
Pada
intinya, Gadamer adalah seorang yang anti metode. Pemahaman bersifat meta-metodis,
yaitu pemahaman tidak dihasilkan lewat metode, tetapi lewat dialektika. Konsep
hermeneutika Gadamer juga sangat bisa diterapkan dalam studi Islam, dengan
penjelasan yang panjang lebar tentunya.